Seorang profesor menceritakan pengalamannya ketika
ia berkunjung ke Eropa. Kelihatannya ini adalah kisah andalan beliau kalau ada
acara keislaman. Saya sudah mendengarnya beberapa kali. Begini kisahnya.
Ketika di Eropa, beliau tetap
mendirikan sholat. Ada yang berkomentar setelah dia melakukan sholat.
“Ha ha ha, Jadi Anda masih percaya
Tuhan, Prof?”
Sang Profesor menjawab,”Eh, Anda jangan menghina saya ya.
Mari kita bandingkan. Apa sih kelebihan Anda yang atheis? Jika keyakinan Anda
benar, maka kita adalah sama setelah mati. Saya jadi tanah Anda juga cuma
jadi tanah. Terus kelebihan Anda apa coba? Itu kalau keyakinan Anda yang benar.
Tapi kalau saya yang benar… Maaf, kita beda jauh banget, Bung! Saya di Surga,
Anda di neraka!”
Orang Eropa itu shock sekali dengan
jawaban itu. Dia tak pernah berfikir sedalam itu. Akhirnya orang atheis itu
dikisahkan menjadi seorang yang beriman.
Bagaimana Saudaraku? Hebat sekali kisah
ini?
Menurut saya… tidak. Karena Sang
Profesor hanya menggertak. Orang Eropa itu menjadi takut, ia merasa
berspekulasi kelas tinggi. Untuk keamanan lalu dia berkeimanan.
Ia sebenarnya kurang yakin akan Tuhan
dan akhirat, tapi karena resiko tidak beriman itu terlalu (yaitu Neraka), maka
dia beriman untuk jaga-jaga. “Apa
susahnya beriman dan beramal ala kadarnya, daripada resiko neraka selamanya.
Kalau Tuhan dan akhirat itu tidak ada, aku juga gak rugi.” Mungkin
begitu pikir orang eropa itu.
Semoga saja dakwah Sang Profesor hanya
permulaan saja.
Demikian juga saya. Artikel ini hanya
permulaan saja. Saya hanya ingin merefresh bahwa tidak ada itu “keimanan yang spekulatif.” Lalu
bagaimana seharusnya?
Anda jangan kemana-mana, terus ikuti
saya…
link:
http://moslempreneur.com/kisah-profesor-dan-seorang-atheis/
0 komentar:
Posting Komentar