Kamis, 13 September 2012

Impianku Ketika Khilafah Tegak


Saat ini Khilafah memang belumlah tegak, namun jalan menuju sana sedang dan masih terus diretas. Sebagaimana sunnatuLlah, Khilafah tegak atas pertolongan dari Allah SWT. Dan berdasarkan janjiNya, pertolonganNya itu begitu dekat. Artinya tidak akan lama lagi, insyaaLlah.

Mungkin saat ini kita termasuk dalam orang-orang terpilih (semoga), yang ikut bergabung dalam barisan kokoh perjuangan tegaknya Khilafah. Hingga Khilafah tegak, dan kitapun akan meraih kemenangan dan kemuliaan, aamiin.


Sebelumnya saya ingin mengajak kita untuk merenung sejenak, bagaimana saat-saat ketika Khilafah Islamiyah (Rasyidah-ats-Tsani) Ala Minhaj an-Nubuwwah telah tegak. Bisa kita bayangkan. Ketika Khilafah tegak nanti, sungguh derita umat saat ini, keterpurukan yang melanda, ketertindasan yang mencengkram kita saat ini, ‘terbayar’ sudah.

Allahu Akbar! -pekikkan takbir mengema dimana-mana mengangungkan kebesaran Allah SWT-. Khilafah telah kembali, menyatukan umat ini tanpa membedakan suku, ras, mazhab dsb. Khilafah telah kembali, menyatukan seluruh negeri serta menerapkan hukum dan aturan Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan.

Sungguh kita akan menyaksikan kibaran Bendera Islam dan Panji Rasulullah SAW akan berkibar dimana-mana. Di sudut-sudut wilayah untuk menggambarkan kebesaran Islam. Sungguh al-Liwaa dan ar-Rayah akan dikibarkan pertanda kehormatan, kemuliaan dan kemenangan Islam dan kaum Muslimin telah kembali tegak.

Demi Allah, sungguh tidak akan lagi umat –yang terbaik- ini berani diinjak-injak para kafir laknatuLlah. Bahkan walau hanya menyakiti seorang muslim. Sungguh para musuh Allah yakni kaum kafir dan munafik akan mendapatkan balasan atas apa yang mereka perbuat.

Tidak akan ada lagi janda yang ditinggal mati suami dan anaknya karena dibantai, dihina, dan dinista. Namun jikapun suami dan anak-anaknya kelak pun mati, maka matinya adalah mati yang dirindukan setiap muslim yakni gugur sebagai Syuhadah di medan Jihad. Tiada lagi Muslimah yang direnggut kehormatannya secara paksa oleh para terlaknat, yang setelah itu Al-Qur’an yang muliapun disobek-sobek untuk digunakan mengelap darah-darah saudara kami itu.

Sungguh tidak akan ada lagi kaum Muslimin yang dipaksa untuk melakukan perbuatan laknat dan dimurkai Allah SWT. Tiada lagi para budak kekuasaan, harta, dan budak intelektual, yang nantinya akan diberantas. Tiada lagi umat ini berteriak lapar dan kemudian mengemis di jalanan, di bawah teriknya Matahari. Tidak akan lagi umat ini bodoh, karena tak mampu membayar uang sekolah dan sakit karena tiada bisa membayar biaya kesehatan yang selangit.

Takkan lagi terdengar jeritan umat yang terdzalimi serta tangisan kepedihan dan kepiluan. Tidak akan lagi ada nenek yang mendapat hukuman penjara, karena mengambil 3 buah coklat akibat kelaparan dan desakan kemiskinan. Atau orang yang mengambil semangka miliknya sendiri, namun dihukum karena dianggap mengambil milik orang lain karena dianggap bukan tanahnya. Sementara mereka yang mengambil hak rakyat bernilai milyaran bahkan triliunan, hanya duduk manis berpangku tangan di kursi hangatnya tanpa ada yang mengusik.

Tidak akan ada lagi tanah dan kekayaan umat ini dijual murah bahkan diberikan secara cuma-cuma kepada swasta dan asing imperialis. Tidak akan lagi. Tidak akan lagi. Sungguh tidak akan lagi.

Demi Allah, sungguh air mata ini akan mengalir tiada terbendung. Air mata yang semula menggambarkan kesedihan dan amarah, kini akan menjadi air mata kebahagiaan. Dan siap untuk bergerak. Menghancur leburkan para tirani yang congkak dan sistem thogut dimanapun. InsyaaLlah.

Semoga Allah SWT mengizinkan dan mengabulkan harapan ini, agar bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri tegaknya Khilafah. Mengalami sendiri hasil perjuangan dan pengorbanan ini, meskipun hanya secuil kuku sumbangsih yang bisa ku berikan. Aamiin Ya Allah.

SubahanaLlah, dahsyat bukan? Sungguh tiada kata (seindah apapun) yang bisa mewakili untuk menggambarkan rasa dan fikir ini ketika Khilafah telah tegak. Ataupun detik-detik menjelang deklarasi penegakkan Khilafah yang telah diridloi oleh umat, berdasarkan kesadaran politik dan pemahaman yang utuh tentang Islam yang telah mengakar. Maka hanya rasa syukur, untaian dzikir kepada Allah SWT yang pantas untuk dipersembahkan.

Ya, itulah sekilas. Selanjutnya, apa yang bisa kita berikan ketika Khilafah telah tegak? Sumbangsih apa yang bisa bermanfaat untuk umat dari skill kita? Ya, tentunya selain harta, waktu, tenaga, fikiran bahkan nyawa yang siap untuk kita korbankan dalam melangsungkan kehidupan Islam. Meski itu juga sangat penting. Namun maksudnya adalah, skill spesial apa yang bisa kita berikan?

Misalkan merancang senjata canggih untuk Jihad. Mendesain Kendaraan super. Membangun benteng pertahanan anti serang. Ataupun skill di bidang Astronomi (Prediksi Cuaca, Perhitungan Bulan/Waktu, dll), Ekonomi (Merancang APBN/APBD, dll), Kimia (Menyiapkan Nuklir, dll), Fisika (Membangun Tenaga Pembangkit, dll), Biologi (Mengenali Makhluk Hidup, dll), Kedokteran (Melakukan Bedah, Mengenali Anatomi, dll), Bahasa (Kemampuan Diplomasi, Utusan Negara, dll), Ijtihad (Sebagai Rujukan, Ahli Hukum, dll), Pendidik (Mengajar, dll) serta lain sebagainya?

Semoga kita semua sudah memiliki dan menyiapkannya. InsyaaLlah. Karena itu pula yang menjadi salah satu faktor penting Khilafah akan menjadi Negara Adidaya, bahkan satu-satunya Pemimpin Dunia. Dengan Islam sebagai Ideologinya.

Kalau saya sendiri bermimpi –meski belum memiliki pengetahuan- untuk bisa membuat kendaraan berbahan bakar (tenaga) Angin. Makanya saya ingin belajar tentang Kincir Angin^^. Sekaligus bisa untuk listrik. Semoga diberikan kesempatan dan Allah SWT mengabulkan. Aamiin.

Saya fikir, listrik saja pembangkitnya bisa bermacam-macam. Ada tenaga Air, Uap, dll. Dan itu hampir sama dalam penerapannya di bidang Otomotif, khususnya dalam hal bahan bakarnya. Misalkan saat ini telah ditemukan Mobil berbahan bakar (tenaga) Surya, dengan mengandalkan sinar Matahari. Berarti mobil ini ‘bergantung’ pada adanya Matahari alias hanya bisa menampung energi pada pagi-siang menjelang sore dalam kondisi ‘normal’, yakni pada saat tidak terganggu oleh cuaca Mendung atau Hujan, dsj. Berarti termasuk terbatas.

Begitu juga pada umumnya, berbahan bakar Bensin, Solar ataupun Gas. Itu juga sangat bergantung dan terbatas tergantung persediaan. Sekalipun bahan bakarnya adalah Air. Serta bahan bakar lainnya. Tapi kalau bahan bakarnya (tenaga) Angin/Udara, secara logika realistis selalu tersedia dimanapun selagi ada makhluk hidup yang dengan leluasa menghirup udara untuk menyambung nafasnya. Artinya, dalam kehidupan Manusia relatif mudah dan selalu ada selama dalam ruang lingkup kehidupan (bernyawa). Bagaimana menurut Anda?

Sayapun berfikir, kenapa belum dibuat ya, yang seperti khayalan saya ini? Padahal tekhnologi pada canggih semua, dan contoh kasus –pembangkit listrik- sudah ada. Apa karena kurang berinovasi, atau mungkin karena memang mereka takut? Tidak mau? Mungkin Anda bertanya apa maksud saya? Iya, karena ini adalah era/’dunia’ Kapitalism. Bukan Khilafah yang mementingkan kebutuhan umat agar tercukupi.

Jadi kalau Kapitalism kan semuanya bersandar pada keuntungan semata. Nah, kalau bahan bakarnya udara kan berarti tidak akan ada lagi isi ulang, karena Angin/Udara selalu tersedia dimana-mana bahkan Gratis. Jadi SPBU-SPBU nantinya akan ditutup. Sementara kita tau sendiri betapa salah satu sumber pendapatan Negara-negara Kapitalism terbesar adalah dari hal yang satu ini. Sampai-sampai mereka membolehkan penjajahan atas suatu Negara (Kaya Minyak) untuk mendapatkanya. Seperti di Timur Tengah.

Kalau di Indonesia sendiri tidak perlu melakukan perang, karena Pemimpin Indonesia adalah bonekanya mereka, bahkan UU Migas yang sempat memanas beberapa waktu lalu adalah salah satu buktinya. Iya kan? Setidaknya itu menurut saya. Bagaimana dengan Anda?

#Jika raga ini tak mampu bertahan, maka izinkalah darah daging ku untuk melanjutkannya.

2 komentar:

  1. Udara tidak bisa dibikin bahan bakar. Bukan karena kapitalisme menghalanginya, tetapi memang secara fisika maupun kimia tidak bisa. Kalau udara bisa dibakar, maka bumi ini tidak bisa dihuni mahluk hidup lagi.

    Kalau tenaga angin, itu harus ada kalau ada pergerakan udara, akibat perbedaan panas. Tapi angin sendiri tidak stabil. Jadi terbatas juga seperti energi matahari dll.

    BalasHapus
  2. Sebenarnya secara konsep masuk, karena bahan bakar sendiri tidak mesti harus dalam arti membakar. Karena yang dimaksud sendiri adalah sumber tenaga yang akan menggerakkan. Bisa juga berfungsi sebagai AQQU, bisa juga sebagai Pembangkit, dsb. Sehingga tak ada masalah kalau didesain. Kincir angin takkan pernah ada kalau tak diuji coba, begitu pula yang lain...

    BalasHapus