Sabtu, 08 September 2012

PEMILU YANG MEMILUKAN ; Menakar Prospek Perubahan Paska Pilkada DKI 2012


Pendahuluan

Serangkaian Pemilu/Pilkada 2012 telah dan akan digelar di negeri ini. Layaknya hajatan, Pemilu memang membutuhkan biaya besar. Lihat saja total anggaran yang pernah diajukan KPU 31 Oktober 2007 yang lalu. Total dana yang dibutuhkan sebesar Rp. 47,9 triliun. Ini baru anggaran KPU Pusat. Belum KPUD.

Pilkada Jatim 2008 saja menghabiskan dana Rp. 830 miliar. Untuk daerah lain, Litbang Kompas mencatat, Pilkada DKI Jakarta sendiri pada Agustus 2007 menghabiskan dana Rp. 194 miliar; Pilkada di Jawa Barat dan Jawa Tengah juga menelan biaya tidak kurang dari Rp. 500 miliar. Tentu ini belum biaya yang dikeluarkan masing-masing calon. Pasangan KARSA saja, dalam Pilkada Jatim yang lalu, misalnya, secara resmi menghabiskan Rp. 1,3 triliun. Belum lagi pasangan-pasangan lain, juga di daerah-daerah lain khususnya DKI Jakarta. Bahkan pada tahun 2012, Pilkada kedua di Aceh paska konflik yang dilaksanakan serentak di 17 Kabupaten/Kota, harus menelan biaya sekitar Rp. 202 miliar. Pemerintah Aceh menanggung 40% (Rp. 80 miliar), sisanya 60% (Rp. 121,2 miliar) ditanggung 17 kabupaten/kota yang melaksanakan pilkada, dengan di ikuti 115 pasangan kandidat. Jadi, hajatan Pemilu (yang merupakan praktik/ritual ‘penentu utama’ dalam demokrasi) ini nyata-nyata sangat melelahkan dan menguras dana tidak kurang dari triliunan rupiah.


Sekilas tentang Pilkada DKI

Hajat politik warga Jakarta berupa Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2012 ini akan memasuki tahapan kritikal. Seperti, penetapan peserta, pengesahan (yang sudah fiks berjumlah 6 pasang calon ; untuk putaran pertama - 2 pasang calon ; untuk putaran kedua) dan pengumuman data pemilih tetap (yang sementara ini berjumlah 1.044.991), masa tenang sampai ke tahapan pemungutan suara. Khusus penetapan peserta Pilgub, KPUD Propinsi DKI Jakarta diberikan kewenangan konstitusional yang didasari oleh hasil medical record, jumlah dukungan dan prasyarat lainnya.

Secara umum latar peserta Cagub-Cawagub berasal dari jalur partai dan non partai. Sampai pendaftaran ditutup, pasangan peserta Pilgub berjumlah enam pasangan. Pasangan dari jalur parpol adalah Fauzi Bowo (Foke)-Nachrowi Ramli yang diusung Partai Demokrat, Partai Hanura, PAN, PKB, PBB, PMB, dan PKDI. Sedangkan pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono mendapat dukungan dari Partai Golkar, PPP, dan PDS. Sementara pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Bambang Tjahja Purnama (Ahok) didukung oleh PDIP dan Gerindra. Adapun pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rahbini mendapat dukungan dari PKS. Yang berangkat dari jalur perseorangan terdiri dari dua pasangan. Yaitu Faisal Barie-Biem Benyamin dan Hendarji Supandji-Ahmad Rizapatria.

Sedangkan terkait dengan pengamanan Pilkada DKI kali ini sendiri, untuk mengawal panasnya suhu politik hingga Juli 2012 nanti, sedikitnya 40.356 personel gabungan TNI/Polri dan Pemda DKI disiapkan untuk mengamankan jalannya pesta demokrasi tersebut. Perinciannya yakni 3.303 personel Polda Metro Jaya, 5.888 personel jajaran Polres, 700 personel BKO TNI, 10 personel BKO Manes Polri dan 30.444 personel BKO Pemda DKI. Bahkan pengamanan sudah dilakukan sejak tahapan penetapan calon hingga tahapan-tahapan berikutnya2.

Pilkada DKI Jakarta 2012 Pemanasan Menuju Pilpres 2014

Peta politik yang muncul pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012 seakan menunjukkan peta politik yang mungkin terjadi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 mendatang. Dengan kata lain, Pilkada DKI Jakarta 2012 ini awal dari pertarungan pada 2014 nanti. Hal ini jelas terlihat, dengan adanya campur tangan besar para elite politik, seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, Prabowo, dan Hatta Rajasa. Bahkan, diketahui nama-nama di atas juga merupakan tokoh-tokoh penting pengambil keputusan di badan partai masing-masing.

Jadi ini pertarungan untuk persiapan 2014 dan di sini dibuat sebagai ajang latihannya. Koalisi politik yang dilakukan saat ini juga menunjukkan alur politik saat 2014 nanti. Bahkan, ada beberapa tokoh yang diturunkan untuk Pilkada DKI ini digadang-gadang akan menjadi calon presiden pada Pemilu 2014. Seperti Hidayat Nur Wahid yang sebetulnya dipersiapkan untuk capres, atau cawapres untuk mendampingi orang lain. Jadi sebetulnya tokoh-tokoh besar semua yang diturunkan untuk Jakarta ini. HNW misalnya, ketika benar-benar terpilih menjadi DKI 1, maka kemungkinan terbesar pada pertengahan periode kepemimpinannya akan mengundurkan diri untuk ikut terjun dalam kancah pertarungan 2014.

Antara Nomor Urut dan Kesyirikan

Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini mendapat nomor urut 4 sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Hidayat menganggap nomor urut ini sebagai berkah pertanda pencalonannya akan diterima semua lapisan masyarakat Jakarta. "Alhamdulilah angka 4. Angka itu berarti 4 penjuru mata angin, artinya kita diterima semua pihak kalangan masyarakat," kata Hidayat di Hotel Sultan, Jl Gatot Soebroto, Jakarta, Sabtu (12/5/2012) malam.

Sementara itu pasangan Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria mengaku bersyukur mendapat nomor urut 2. Calon perseorangan ini yakin nomor 2 berkorelasi dengan perolehan suara nantinya. "Nomor 2 itu damai, kemenangan, victory. Ini tadi saya berdoa semoga dapat nomor 2, alhamduliLlah doa tercapai," ujar Hendardji.

Pasangan Cagub-Cawagub DKI Jakarta Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli mendapat nomor urut 1. Foke berharap agar nomor ini bisa menjadi berkah tersendiri bagi dirinya dan pasangannya. Usai penetapan nomor urut, pria yang akrab disapa Foke ini mengungkapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. "Tentu secara khusus kami berdua juga bersyukur karena kami telah diberikan nomor yang menurut kami cukup baik," kata Foke di Hotel Sultan, Jl Gatot Soebroto, Jakarta, Sabtu (12/5/2012). Foke pun berharap agar nomor urut 1 ini bisa memberikan berkah baginya dan pasangan cawagub. "Mudah-mudahan nomor ini akan memberikan keberkahan tersendiri bagi pasangan kami berdua," tuturnya.

Pasangan Kokowi-Ahok yang diusung PDI Perjuangan dan Gerindra ini mendapat nomor urut 3. Saat jumpa pers, pasangan Jokowi-Ahok terus mengumbar tangan gaya metal (3 jari) dan senyum. Tapi Jokowi menyebut tangan metal ini bukan sekadar untuk bergaya. "Ada filosofinya," ujarnya meyakinkan. Filosofi yang dimaksud, tangan metal merupakan singkatan dari 'menang total'. "Metal, menang total dong," sebut Jokowi.

Gonjang-ganjing Pemilu Menjanjikan Kesejahteraan

Gonjang-ganjing kampanye para peserta pemilu masih terus digelar hingga saat ini. Seperti biasanya, menjelang dan memasuki masa kampanye, semua partai politik menjanjikan berbagai program dengan jargon ’menjamin kesejahteraan masyarakat’. Para calon dan partai yang mengusungnya menampakan wajah manis dan simpatinya dengan berbagai program sosial semisal, bagi-bagi sembako, pengobatan gratis dan sebagainya di hadapan masyarakat. Sikap ini seolah – olah ingin menunjukkan bahwa mereka sangat perhatian, pro dengan rakyat, dan dekat dengan rakyat, sehingga janji mensejahterakan bukanlah sekedar janji kosong.

Namun, kalau kita cermati, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kesejahteraan? Apa sebenarnya sejahtera itu? Apakah sistem ekonomi saat ini (kapitalisme) bisa menjamin kesejahteraan masyarakat? Apakah ada harapan terhadap partai-partai sekarang yang notabene masih mengusung dan mempertahankan sistem ekonomi kapitalis?

Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memliki arti khusus resmi atau teknikal (lihat ekonomi kesejahteraan), seperti dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera3.

Dari defenisi sejahtera di atas, dan jargon-jargon partai politik dalam kampanyenya, di tahun 2004 dan 2007 saja tidak membawa perubahan menuju yang lebih baik. Privatisasi masih menjadi produk undang-undang bahkan RUU di DPR, kemiskinan semakin bertambah, kriminalitas hampir setiap hari terjadi dan sebagainya. Mungkinkah janji – janji tahun 2012 akan bernasib sama? Ya, selama yang diusung adalah sistem kapitalisme berikut derivasinya seperti demokrasi, maka perubahan menjadi lebih baik bakalan menjadi sekedar isapan jempol saja.

Sistem pemerintahan demokratik yang menempatkan rakyat sebagai pihak berdaulat juga telah menimbulkan nestapa modern. Diadopsinya sistem pemerintahan demokrasi yang berimplikasi logis kepada sekulerisme telah menimbulkan apa yang disebut oleh pakar-pakar barat dengan ungkapan beragam namun bermakna sama. A Sorokin menyebut dengan The Crisis of Our Age. Sayyed Hossen Nasser menyebut abad sekarang dengan istilah Nestapa Manusia Modern, karena adanya alienasi seperti yang digambarkan oleh Eric Fromm. Luis Leahy menyebut dengan Kekosongan Rohani. Gustave Jung mengomentari peradaban sekarang dengan Gersang Psikologis. Peter Berger menyatakan, bahwa masyarakat kapitalistik selalu bercorak sekuleristik. Sedangkan masyarakat yang sekuleristik cenderung akan memarginalkan peran agama, bahkan ada kecenderungan untuk mereduksi agama menjadi subsistem yang tidak lagi berarti.

Sistem ekonomi pun menurut catatan historis, dalam kurun waktu 100 tahun terakhir, ekonomi dunia tidak pernah sepi dari badai krisis. Roy Davies dan Glyn Davies dalam buku “A History of Money from Ancient Time to the Present Day” (1996),
menulis dan menyimpulkan, “Sepanjang abad 20 telah terjadi lebih dari 20 kali krisis. Kesemuanya merupakan krisis sektor keuangan”.
Ilmuwan ekonomi terkemuka bernama Joseph E.Stigliz, pemegang hadiah Nobel ekonomi pada tahun 2001. Stigliz adalah Chairman Tim Penasehat Ekonomi President Bill Clinton, Chief Ekonomi Bank Dunia dan Guru Besar Universitas Columbia. Dalam bukunya “Globalization and Descontents, ia mengupas dampak globalisasi dan peranan IMF (agen utama kapitalisme) dalam mengatasi krisis ekonomi global maupun lokal. Ia menyatakan, globalisasi tidak banyak membantu negara miskin. Akibat globalisasi ternyata pendapatan masyarakat juga tidak meningkat di berbagai belahan dunia. Penerapan pasar terbuka, pasar bebas, privatisasi sebagaimana formula IMF selama ini menimbulkan ketidakstabilan ekonomi negara sedang berkembang, bukan sebaliknya seperti yang selama ini didengungkan barat bahwa globalisasi itu mendatangkan manfaat. Stigliz mengungkapkan bahwa IMF gagal dalam missinya menciptakan stabilitas ekonomi yang stabil. Dia pun mengakui dalam pertemuan di Davos Swiss tahun 2009 ini bahwa ada problem dalam sistem ekonomi kapitalis.

Islam Membawa Kesejahteraan

Islam adalah Din agung yang menjelaskan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Islam datang dengan seperangkat aturan multidimensional yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia yang lain. Ini tercermin pada hukum-hukum Islam yang mengatur masalah muamalat, dan uqubat (sistem sanksi). Islam juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendirinya. Ini tercermin pada hukum-hukum yang mengatur masalah akhlaq, makanan dan pakaian. Tidak hanya itu, Islam juga mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya. Ini terefleksi pada hukum ibadah, dan sistem aqidah (keyakinan). Allah SWT berfirman:

“Dan Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) al-Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat dan khabar gembira bagi orang muslimin”. (QS. an-Nahl [16] : 89).

Islam tidak sekedar menjelaskan aspek-aspek kehidupan dalam bentuk yang umum, lebih dari itu, Islam juga menjelaskan dengan rinci aturan-aturan yang mengatur kehidupan masyarakat. Jadi kesejahteraan akanlah didapat hanya jika benar-benar berkomitmen untuk meninggalkan sistem sekularis kapitalistik demokratik dan berusaha sekuat tenaga dan sungguh-sungguh menerapkan sistem Islam. Adakah janji peserta pemilu yang seperti ini?… Ketika melihat realitas di atas serta kondisi faktual dari masing-masing person maupun pasangan yang telah dengan jelas menolak Islam (Syariah) serta cenderung meleburkan diri dalam nuansa thogut, maka sangat jelas bahwa perubahan yang diharapkan (Perubahan Internal) tidak akan terjadi dari rezim yang akan memimpin DKI jika terpilih nanti. Hal ini meniscayakan bahwa tiada harapan yang bisa dibangun melalui kinerja para pemimpin yang tercetak dari dalam sistem rusak saat ini, sehingga perubahan hanya bisa dilakukan dengan mengusung perubahan sohih (Perubahan Eksternal) yang langsung dimotori oleh para pengemban Ideologi Sohih (Islam) yang bergerak bersama-sama dengan umat. Dengan menjadikan fakta ini sebagai momentum membuka “mata” masyarakat terhadap kebobrokan sistem dan kepemimpinan yang ada, sehingga bisa berjuang bersama-sama menerapkan sistem yang sohih tersebut yakni, Syariah dan Khilafah.

Penutup

Ketika kepercayaan rakyat pada demokrasi dan Pemilu pada titik nadir, justru ada yang mencoba mencari peruntungan; mulai dari pengusaha, pengedar narkoba, maling hingga pengangguran, semuanya ingin mencoba mencari peruntungan dari hajatan demokrasi.

Demokrasi sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat itu hanyalah utopia. Memang betul mereka dipilih oleh rakyat, dan dari rakyat, tetapi jangan berharap mereka memperjuangkan kepentingan rakyat. Pemilu sebagai proses perubahan juga hanyalah utopia. Nyatanya, Pemilu sudah berlangsung berkali-kali, tetapi nasib rakyat tidak pernah berubah. Inilah realitas demokrasi dan Pemilu, yang ternyata hanyalah fatamorgana. Dari jauh tampak indah, ternyata setelah dekat, semuanya hampa.

Namun, entah mengapa masih ada umat Islam yang belum jera, dan tetap percaya, padahal semuanya itu hampa dan terbukti sia-sia. Mahabenar Allah Yang berfirman:
Apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik perbuatannya yang buruk, lalu dia meyakini perbuatan itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? (QS. Fathir [35] : 8).

Siapa saja yang menghendaki kemuliaan, maka kemuliaan itu semuanya hanyalah milik Allah. (QS. Fathir [35] : 10).

Dengan demikian, siapapun yang menginginkan negeri ini terhormat, keliru sekali jika menganggap Pemilu dan praktik demokrasi bisa mewujudkan semuanya. Yakinlah, semuanya itu utopis. Karena itu, tidak ada jalan lain, kecuali kembali kepada Allah, dengan cara mempraktikkan seluruh sistem-Nya. Hanya dengan itulah keberkahan dari langit dan bumi akan Allah turunkan:
Sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. (QS. al-A’raf [7] : 96).

Akhirnya, dengan realitas di atas. Seharusnya menjadikan kesempatan ini sebagai momentum untuk mempercepat perubahan dengan memahamkan kepada umat akan kebobrokan mekanisme demokrasi saat ini yang tak kunjung membawa perubahan, karena hanya melahirkan pemimpin korup dan bermental pengkhianat. Sehingga hanya Syariah & Khilafah-lah yang bisa menjadi satu-satunya solusi bagi hidup dan kehidupan. Inilah saatnya. Ambillah langkah yang benar. Salah mengambil langkah berarti turut melanggengkan kemaksiatan! Perubahan sesungguhnya akan terlahir dari luar sistem saat ini. Bukan dari dalam (pemenang pemilu). Inilah saatnya! Allahumma waffiqnâ wanshurnâ fî thâ’atika wa al-Muslimîn. Wallahu a’lam.[]

[1] Detik News (11/5/2012)
[2] Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto
[3] Wikipedia.com

0 komentar:

Posting Komentar